Jika suatu saat kita membangun rumah, aku ingin ia bukan hanya sebuah ruang-ruang atau tempat kita mengorganisasikan keseluruhan barang-barang kita. Ia boleh saja berukuran sederhana, lebih kecil dibandingkan dengan rumah-rumah masa kecil kita. Ia mungkin tidak pula memiliki halaman luas di depan ataupun belakang rumah di mana kita bisa menanam berbagai pepohonan berbuah, atau ia mungkin tidak cukup memuaskan untuk menjadi tempat anak-anak berlarian, tidak cukup lapang dan berangin untuk menerbangkan layang-layang, atau ia tidak memiliki kemampuan menciptakan gema teriakan suara kita seperti dahulu kita bisa melakukan eksperimen sederhana mengenai pantulan bunyi sewaktu sekolah dasar.
Jika suatu saat kita membangun rumah, jika saatnya telah tiba, aku ingin ia memiliki jendela-jendela yang berukuran besar serta pintu-pintu lebar, sehingga cahaya matahari dan angin bebas bertamu ke rumah kita. Ia tidak memerlukan banyak tembok ataupun pintu untuk memisahkan tiap ruangnya agar kita merasa lapang di dalamnya. Ia mungkin tidak perlu ruang tamu ekslusif yang luas untuk para tamu kita, namun kita akan memiliki sebuah ruang keluarga yang terdiri dari banyak bantal berbagai ukuran, dengan karpet-karpet, dan mungkin juga beberapa kursi empuk. Di sana tempat kita berkumpul satu sama lain sebagai keluarga. Kita bisa mempersilakan siapapun untuk berkumpul bersama dengan kita dan anak-anak, baik mereka adalah keluarga, saudara jauh, rekan kerja kita, atau teman-teman masa sekolah kita dahulu. Di sana, kita tidak hanya bisa berbincang, berbagi cerita, nilai, perasaan, dan rencana-rencana baik. Di sana kita kadang dapat pula bertengkar, berebut remote televisi, meresapi kembali keluh kesah, saling berbagi tawa, air mata, harapan, dan juga pelukan.
Kita mungkin tidak membangun rumah kita dekat dengan keluarga, jauh dari rumah orang tua kita. Namun, kita akan memiliki sebuah tempat untuk meletakkan foto-foto keluarga kita--Ayah, ibu, adik, kakak, dan ponakan-ponakan kita--agar kita tidak pernah lupa dari mana kita berasal, agar kita tidak lupa ke mana kita harus selalu pulang, agar kita selalu tentram karena kita sesungguhnya tidak pernah sendiri sebab ada doa-doa yang konsisten yang mereka serta kita pun panjatkan untuk saling bertemu dan menenangkan setiap kegelisahan dalam dada.
Di salah satu ruang rumah kita nantinya, kita mungkin memerlukan sebuah kotak P3K untuk memberikan pertolongan pertama bagi keluhan fisik. Sayangnya, aku bukan dokter ataupun ahli farmasi--aku tidak akan banyak bisa diandalkan untuk urusan ini. Meskipun demikian, aku telah pelajari beberapa obat dari bahan-bahan bumbu dapur yang aku akan pastikan mereka ada di kulkas. Kita pun akan memiliki perkakas pertukangan sederhana. Seperti katamu, kamu telah belajar memperbaiki kerusakan kecil di rumah terkait hal teknis, sementara aku akan bertugas memastikan masakan yang akan kita makan. Bukankah begitu pembagian yang dahulu sempat kita bicarakan? Namun mereka semua akan kita letakkan berdekatan. Mungkin kotak P3K yang masih kosong dapat kita isi dengan tolak angin dan berbagai jenis minyak gosok berbagai kasiat karena kita akan saling memijat atau mengerik saja ketika lelah dan masuk angin.
Jika suatu saat kita membangun rumah, jika saatnya telah tiba, kita tetap akan menanam pohon-pohon seperti di rumah masa kecil kita dahulu, sekalipun pepohonan yang kita miliki kini adalah pohon-pohon jenis sukulen (kaktus) dan pepohonan yang dapat diakomodasi dalam media tanam atau taman vertikal yang tidak begitu memerlukan lahan. Tidak apa jika kita tidak memiliki kebun bunga. Kukatakan, aku tidak masalah dengan bunga artifisial berbahan plastik atau bunga kering lainnya. Namun, aku yakin kita bisa memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam anggrek ataupun tanaman hias lainnya dengan rumput-rumput yang dapat kita letakkan dekat dapur, halaman rumah, atau dalam rumah kita agar aku selalu berseri-seri ketika aku dalam masa bersungut-sungut. Rumah kita akan cukup segar dan sehat dengan hadirnya pepohonan tersebut.
Pada dinding-dinding rumah kita nantinya, kita juga akan memasang beberapa lukisan baik dekoratif, potongan dari majalah, atau lukisan bapakku selain jam dinding, kalender, ataupun foto keluarga dan liburan kita bersama anak-anak. Kita tidak boleh kehilangan apresiasi terhadap karya seni, meski kita tidak perlu menjadi penikmat seni yang harus membelanjakan uangnya untuk kebutuhan tersier ini. Kita pun akan memiliki ruang untuk meletakkan rak-rak yang berisi penuh buku, gabungan buku-bukumu atau buku-bukuku dan buku-buku yang kita koleksi dengan menyisihkan uang untuk membelikan anak kita buku-buku favoritnya dari masa mereka kanak hingga remaja, bahkan dewasa awal nantinya. Buku-buku berisi hikmah, pengetahuan, dan hiburan.
Jika suatu saat nanti kita membangun rumah, jika saat itu tiba, aku ingin rumah kita di bangun di lingkungan masyarakat yang kondusif dan bersahabat. Sebuah lingkungan yang dapat mensubtitusi eksistensi keluarga kita, terdapat seorang yang dituakan untuk kita jadikan tauladan dan mintai nasihat, ada rekan-rekan yang siap sedia membantu dan bersuka cita untuk diandalkan, dan terdapat teman-teman sepermainan bagi anak kita yang juga dibesarkan oleh keluarga yang kaya akan nilai-nilai.
Rumah kita nantinya akan dibangun di dekat pasar tradisional agar aku bisa mendapatkan keperluan sembako dan dapur dengan harga terjangkau dan berkualitas. Ia dibangun dekat masjid-masjid yang ramai atau tempat-tempat ibadah agar kita secara fisik tidak pernah jauh dari simbol Tuhan dan anak-anak dapat belajar mengaji di sana, dan kamu dapat mengajarkan anak laki-laki kita salat berjamaah di sana. Rumah kita akan dibangun di dekat akses transportasi yang mudah agar kita tidak selalu menggunakna kendaraan pribadi, agar kita banyak mengobservasi kejadian, bertemu banyak orang, sering bersosialisasi, tidak kaku, dan dekat dengan kunjungan teman atau saudara-saudara yang hendak berkunjung, agar kita tidak selalu merasa sepi.
Jika suatu saat kita membangun rumah nantinya, jika saatnya telah tiba, aku ingin ia bukan hanya sebuah ruang-ruang atau tempat kita mengorganisasikan keseluruhan barang-barang kita. Ia tidak hanya sebuah ruang pertemuan bagi kesibukan aktivitas kita, melainkan ditengah hidup kita masing-masing yang dinamis dengan produktivitas masing-masing--kamu, aku, dan anak-anak kita--rumah adalah tempat jiwa-jiwa kita bertemu dan disegarkan. Aku ingin ia penuh gelak tawa, penuh nilai-nilai kebaikan, tempat kesalihan kita pelajari dan ajarkan, serta sumber ketentraman dan kesejahteraan batin. Apapun yang terjadi nanti, kita perlu untuk selalu bahagia dan setia satu sama lain.
Kita akan membangunnya dengan kesabaran, keyakinan iman, dan syukur karena sebelum saat itu tiba, bisa jadi kita adalah sepasang kekasih yang membangun rumah tangganya dalam kamar kos untuk keluarga, apartmen, tinggal di rumah kontrakan, ataupun masih menempati rumah sederhana yang sekian persennya masih kita usahakan untuk mencicilnya tiap bulan. Semoga Allah meridhloi rencana kita, memampukan diri kita membangun rumah untuk keluarga kita nanti. Semoga kita dapat masuk ke dalam orang-orang yang diberikan keberuntungan yang besar dan mampu bersuka-cita dalam melakoni tirakat untuk menjadi seseorang yang memiliki keberuntungan besar itu.
Jika suatu saat kita membangun rumah, jika saatnya telah tiba, aku ingin ia memiliki jendela-jendela yang berukuran besar serta pintu-pintu lebar, sehingga cahaya matahari dan angin bebas bertamu ke rumah kita. Ia tidak memerlukan banyak tembok ataupun pintu untuk memisahkan tiap ruangnya agar kita merasa lapang di dalamnya. Ia mungkin tidak perlu ruang tamu ekslusif yang luas untuk para tamu kita, namun kita akan memiliki sebuah ruang keluarga yang terdiri dari banyak bantal berbagai ukuran, dengan karpet-karpet, dan mungkin juga beberapa kursi empuk. Di sana tempat kita berkumpul satu sama lain sebagai keluarga. Kita bisa mempersilakan siapapun untuk berkumpul bersama dengan kita dan anak-anak, baik mereka adalah keluarga, saudara jauh, rekan kerja kita, atau teman-teman masa sekolah kita dahulu. Di sana, kita tidak hanya bisa berbincang, berbagi cerita, nilai, perasaan, dan rencana-rencana baik. Di sana kita kadang dapat pula bertengkar, berebut remote televisi, meresapi kembali keluh kesah, saling berbagi tawa, air mata, harapan, dan juga pelukan.
Kita mungkin tidak membangun rumah kita dekat dengan keluarga, jauh dari rumah orang tua kita. Namun, kita akan memiliki sebuah tempat untuk meletakkan foto-foto keluarga kita--Ayah, ibu, adik, kakak, dan ponakan-ponakan kita--agar kita tidak pernah lupa dari mana kita berasal, agar kita tidak lupa ke mana kita harus selalu pulang, agar kita selalu tentram karena kita sesungguhnya tidak pernah sendiri sebab ada doa-doa yang konsisten yang mereka serta kita pun panjatkan untuk saling bertemu dan menenangkan setiap kegelisahan dalam dada.
Di salah satu ruang rumah kita nantinya, kita mungkin memerlukan sebuah kotak P3K untuk memberikan pertolongan pertama bagi keluhan fisik. Sayangnya, aku bukan dokter ataupun ahli farmasi--aku tidak akan banyak bisa diandalkan untuk urusan ini. Meskipun demikian, aku telah pelajari beberapa obat dari bahan-bahan bumbu dapur yang aku akan pastikan mereka ada di kulkas. Kita pun akan memiliki perkakas pertukangan sederhana. Seperti katamu, kamu telah belajar memperbaiki kerusakan kecil di rumah terkait hal teknis, sementara aku akan bertugas memastikan masakan yang akan kita makan. Bukankah begitu pembagian yang dahulu sempat kita bicarakan? Namun mereka semua akan kita letakkan berdekatan. Mungkin kotak P3K yang masih kosong dapat kita isi dengan tolak angin dan berbagai jenis minyak gosok berbagai kasiat karena kita akan saling memijat atau mengerik saja ketika lelah dan masuk angin.
Jika suatu saat kita membangun rumah, jika saatnya telah tiba, kita tetap akan menanam pohon-pohon seperti di rumah masa kecil kita dahulu, sekalipun pepohonan yang kita miliki kini adalah pohon-pohon jenis sukulen (kaktus) dan pepohonan yang dapat diakomodasi dalam media tanam atau taman vertikal yang tidak begitu memerlukan lahan. Tidak apa jika kita tidak memiliki kebun bunga. Kukatakan, aku tidak masalah dengan bunga artifisial berbahan plastik atau bunga kering lainnya. Namun, aku yakin kita bisa memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam anggrek ataupun tanaman hias lainnya dengan rumput-rumput yang dapat kita letakkan dekat dapur, halaman rumah, atau dalam rumah kita agar aku selalu berseri-seri ketika aku dalam masa bersungut-sungut. Rumah kita akan cukup segar dan sehat dengan hadirnya pepohonan tersebut.
Pada dinding-dinding rumah kita nantinya, kita juga akan memasang beberapa lukisan baik dekoratif, potongan dari majalah, atau lukisan bapakku selain jam dinding, kalender, ataupun foto keluarga dan liburan kita bersama anak-anak. Kita tidak boleh kehilangan apresiasi terhadap karya seni, meski kita tidak perlu menjadi penikmat seni yang harus membelanjakan uangnya untuk kebutuhan tersier ini. Kita pun akan memiliki ruang untuk meletakkan rak-rak yang berisi penuh buku, gabungan buku-bukumu atau buku-bukuku dan buku-buku yang kita koleksi dengan menyisihkan uang untuk membelikan anak kita buku-buku favoritnya dari masa mereka kanak hingga remaja, bahkan dewasa awal nantinya. Buku-buku berisi hikmah, pengetahuan, dan hiburan.
Jika suatu saat nanti kita membangun rumah, jika saat itu tiba, aku ingin rumah kita di bangun di lingkungan masyarakat yang kondusif dan bersahabat. Sebuah lingkungan yang dapat mensubtitusi eksistensi keluarga kita, terdapat seorang yang dituakan untuk kita jadikan tauladan dan mintai nasihat, ada rekan-rekan yang siap sedia membantu dan bersuka cita untuk diandalkan, dan terdapat teman-teman sepermainan bagi anak kita yang juga dibesarkan oleh keluarga yang kaya akan nilai-nilai.
Rumah kita nantinya akan dibangun di dekat pasar tradisional agar aku bisa mendapatkan keperluan sembako dan dapur dengan harga terjangkau dan berkualitas. Ia dibangun dekat masjid-masjid yang ramai atau tempat-tempat ibadah agar kita secara fisik tidak pernah jauh dari simbol Tuhan dan anak-anak dapat belajar mengaji di sana, dan kamu dapat mengajarkan anak laki-laki kita salat berjamaah di sana. Rumah kita akan dibangun di dekat akses transportasi yang mudah agar kita tidak selalu menggunakna kendaraan pribadi, agar kita banyak mengobservasi kejadian, bertemu banyak orang, sering bersosialisasi, tidak kaku, dan dekat dengan kunjungan teman atau saudara-saudara yang hendak berkunjung, agar kita tidak selalu merasa sepi.
Jika suatu saat kita membangun rumah nantinya, jika saatnya telah tiba, aku ingin ia bukan hanya sebuah ruang-ruang atau tempat kita mengorganisasikan keseluruhan barang-barang kita. Ia tidak hanya sebuah ruang pertemuan bagi kesibukan aktivitas kita, melainkan ditengah hidup kita masing-masing yang dinamis dengan produktivitas masing-masing--kamu, aku, dan anak-anak kita--rumah adalah tempat jiwa-jiwa kita bertemu dan disegarkan. Aku ingin ia penuh gelak tawa, penuh nilai-nilai kebaikan, tempat kesalihan kita pelajari dan ajarkan, serta sumber ketentraman dan kesejahteraan batin. Apapun yang terjadi nanti, kita perlu untuk selalu bahagia dan setia satu sama lain.
Kita akan membangunnya dengan kesabaran, keyakinan iman, dan syukur karena sebelum saat itu tiba, bisa jadi kita adalah sepasang kekasih yang membangun rumah tangganya dalam kamar kos untuk keluarga, apartmen, tinggal di rumah kontrakan, ataupun masih menempati rumah sederhana yang sekian persennya masih kita usahakan untuk mencicilnya tiap bulan. Semoga Allah meridhloi rencana kita, memampukan diri kita membangun rumah untuk keluarga kita nanti. Semoga kita dapat masuk ke dalam orang-orang yang diberikan keberuntungan yang besar dan mampu bersuka-cita dalam melakoni tirakat untuk menjadi seseorang yang memiliki keberuntungan besar itu.