Subuh di sini anginnya sembribit (semilir)
Rerumputan masih berbau embun dan mulai menguap bersama terbitnya matahari
Ekstrak wangi rerumputan perlahan mengalir ke atas melewati celah-celah dedaunan pohon cengkeh yang pucuknya bersemi, berwarna oranye kemerahan, indah sekali, kemudian terus naik ke langit-langit bumi
Di mana-mana hanya kesegaran tanpa polusi. kontradiksi kehidupan urban.
Ritmenya pun berbeda. Di sana ketukan detik menjadi begitu cepat, di jalan berdesak-desak, agenda menumpuk, dan tidak patuh jadwal sama artinya dengan bunuh diri. Sesak sulit bernapas sehingga mudah lupa, sering bingung, dan hobi marah-marah. Di sini segalanya slow motion, rasanya bumi berputar di bawah normal, santai, dan jazzy :p
Yang jelas, di sana- sini pepohonan perdu liar tumbuh, berbunga warna-warni tetapi lembut, tidak arogan dengan sekelilingnya (maksudku warnanya tidak mencolok, sederhana menyatu dengan sekeliling. keindahan yang tahu diri saya menyebutnya) Ukurannya pun kecil-kecil, komposisinya tidak beraturan alias semrawut tapi eksotis dan natural. Mencoba bertahan dari terpaan angin dengan melenggok ke sana ke mari sesuai tuntutan bayu, menari-nari, menggemaskan, tapi dipetik sungguh sayang
Anak-anak bertelanjang kaki berjalan, berjingkat, berjingkrak dan melompat kecil menuruni jalan berbatu tapi bersahabat, tidak akan melukai kaki dan mematahkan kuku kaki alih-alih menjadikannya semakin kuat saja setiap harinya, seiring bertumbuh mereka menjadi dewasa.Dewasa artinya tidak lagi memanggil mbok e dan pak e agar kebutuhan mereka tercukupi, tetapi melakukan sesuatu dengan cangkul, lahan, benih-benih sayur-mayur, dan aank-anak kambing atau sapi untuk diperah susunya atau sekedar mengikuti tradisi: paradigma saving. Ah, kenapa harus pusing, mereka makan daun ketela setiap hari saja sudah bahagia.
Lagi pula diam-diam mereka punya displacement kekayaan dalam bentuk investasi tanah, ternak, dan panen apa yang mereka tanam di ladang (ehm, selama anak belum bertambah banyak dan anak belum beranak pinak sementara aman, tapi mungkin sampai keturunan ketiga tanah-tanah itu jadi sempit dirasa kalau mereka tidak segera migrasi. karena tanah habis dibagi-bagi dengan anak dan cucu)
Anak-anak berteriak renyah, suaranya masih murni, jiwanya masih asli dan selalu bergembira. mereka mencoba mencuri perhatian kami....Ini masih pagi, mari bergegas melakukan pekerjaan yang semestinya dikerjakan...Ini bukan rumah, tidak akan ada teh gratis seperti biasanya :)
(catatan harian KKN 07.07.2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar