11 Apri, 2012
I can't sleep then I start to read:
Tidak cukup hanya mencintai dengan berkata, " Aku cinta kepadamu," melainkan seseorang juga harus mampu berucap, "di dalam dirimu, aku mencintai semua orang dan melalui dirimu, aku mencintai seluruh dunia, bahkan di dalam dirimu aku mencintai diriku sendiri (Erich Fromm,1956)
I can't sleep then I start to think:
Physical attractiveness memang tidak bisa dipungkiri menjadi determinan eksternal dalam menuntun kita memutuskan menyukai,bahkan secara ekstrem, mempengaruhi keputusan untuk menikahi seseorang. Akan tetapi, cinta yang paling tidak dapat dipercaya adalah cinta erotis. Passion, gairah, hasrat tidak dipungkiri menimbulkan kenikmatan, kesenangan, dan candu dalam bercinta, tapi tidak selamanya ada. Cinta tidak melulu didominasi komunikasi yang seksual dan sensual. Bahwa ketulusan, kebaikan, kesantunan, dan kesungguhan, serta kematangan dalam berkomitmen seorang laki-laki adalah yang utama. Bukan berarti menolak terhadap daya tarik fisik atau seksual. Itu memang diperlukan, tetapi tidak ultimate. Atau orang dengan diplomatis sering mengatakan, "Dia tidak perlu menarik, cantik/ganteng di mata orang-orang, tetapi dia harus cantik/ganteng di mataku" Hal ini menekankan mengenai faktor subjektivitas dan relativitas daya tarik itu.
I can't sleep then I start to wish:
Betapa beruntungnya wanita yang sudah mantap dengan dirinya, punya pendidikan dan pekerjaan yang baik, cukup berkembang dan beraktualisasi diri. Di tengah semuanya itu, datang seorang laki-laki yang serius ingin membangun hubungan dengannya. Laki-laki yang bertanggungjawab, laki-laki yang berhati kuat (kau melihatnya dari caranya menghadapi krisis dalam hidupnya) dan penyanyang. Serta lelaki yang menginginkanmu, mendukungmu tumbuh dan berkembang menjadi diri dan pribadi yang kau inginkan, menjadi pendampingnya, dan pada akhirnya menjadi ibu dari anak-anaknya (jika beruntung). Dia tidak pandai berbasa-basi atau melakukan negosiasi perasaan dengan baik denganmu dalam masalah perasaan ini. Dia sudah memutuskan, walau bersamamu berisiko untuk mendapat susahnya maupun bahagianya. Dia juga punya selera humor yang lumayan jadi dia selalu punya cara membuat stand up comedy untuk hidup yang memang tidak selalu mulus. Dia tidak suka mengeluh, dia memang sederhana, tapi dia sama sekali tidak bodoh. Dia punya reputasi yang baik dalam meredam kebimbangan, keraguan kehidupan bersama Tuhan. Dan laki-laki ini berbuat baik dengan bapak,ibunya serta saudaranya.
Ya mungkin saat ini, sulit dipercaya. Dia hanyalah seorang bujang dan wanita itu bukan seorang yang bijak, berantakan, dan memiliki antusiasme yang bahkan random. Kalau dilihat-lihat masih banyak yang perlu diperbaiki di sebelah sana dan sebelah sini. Mungkin saat ini baru ada cerita-cerita yang kadang membosankan dan itu-itu saja, gaya bercerita dan menanggapi yang sejak dulu dipertahankan walau jadul. Akan tetapi, keintiman emosi terkadang muncul dari hal-hal sepele itu dengan gampangnya dan di luar kendali pelakunya. Ini bukan rencana dan reka-reka sejak awal. Dan dia seolah mengerti bahwa semua proses ini butuh waktu, tahu persis bahwa perasaan ini tumbuh membutuhkan kesabaran, dan tidak ada yang boleh tergesa-gesa dengan ini. Semuanya serba begitu saja, mudah, dan berjalan dengan baik dan tentu saja benar. Keduanya adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak memiliki banyak hal yang spesial, tidak membanggakan apapun, tapi cita-cita baik itu ada dan harapan menjadi orang yang beruntung itu pun selalu ada.
Hahaha, beginilah ceritanya, memang suatu saat itu akan datang juga cepat atau lambat. Benar cepat atau lambat, akan datang juga. Saat ini atau nanti sama saja. Jika tiba saatnya, segera dan buatlah keputusan tanpa ragu-ragu.
I can't sleep then I start to read:
Tidak cukup hanya mencintai dengan berkata, " Aku cinta kepadamu," melainkan seseorang juga harus mampu berucap, "di dalam dirimu, aku mencintai semua orang dan melalui dirimu, aku mencintai seluruh dunia, bahkan di dalam dirimu aku mencintai diriku sendiri (Erich Fromm,1956)
I can't sleep then I start to think:
Physical attractiveness memang tidak bisa dipungkiri menjadi determinan eksternal dalam menuntun kita memutuskan menyukai,bahkan secara ekstrem, mempengaruhi keputusan untuk menikahi seseorang. Akan tetapi, cinta yang paling tidak dapat dipercaya adalah cinta erotis. Passion, gairah, hasrat tidak dipungkiri menimbulkan kenikmatan, kesenangan, dan candu dalam bercinta, tapi tidak selamanya ada. Cinta tidak melulu didominasi komunikasi yang seksual dan sensual. Bahwa ketulusan, kebaikan, kesantunan, dan kesungguhan, serta kematangan dalam berkomitmen seorang laki-laki adalah yang utama. Bukan berarti menolak terhadap daya tarik fisik atau seksual. Itu memang diperlukan, tetapi tidak ultimate. Atau orang dengan diplomatis sering mengatakan, "Dia tidak perlu menarik, cantik/ganteng di mata orang-orang, tetapi dia harus cantik/ganteng di mataku" Hal ini menekankan mengenai faktor subjektivitas dan relativitas daya tarik itu.
I can't sleep then I start to wish:
Betapa beruntungnya wanita yang sudah mantap dengan dirinya, punya pendidikan dan pekerjaan yang baik, cukup berkembang dan beraktualisasi diri. Di tengah semuanya itu, datang seorang laki-laki yang serius ingin membangun hubungan dengannya. Laki-laki yang bertanggungjawab, laki-laki yang berhati kuat (kau melihatnya dari caranya menghadapi krisis dalam hidupnya) dan penyanyang. Serta lelaki yang menginginkanmu, mendukungmu tumbuh dan berkembang menjadi diri dan pribadi yang kau inginkan, menjadi pendampingnya, dan pada akhirnya menjadi ibu dari anak-anaknya (jika beruntung). Dia tidak pandai berbasa-basi atau melakukan negosiasi perasaan dengan baik denganmu dalam masalah perasaan ini. Dia sudah memutuskan, walau bersamamu berisiko untuk mendapat susahnya maupun bahagianya. Dia juga punya selera humor yang lumayan jadi dia selalu punya cara membuat stand up comedy untuk hidup yang memang tidak selalu mulus. Dia tidak suka mengeluh, dia memang sederhana, tapi dia sama sekali tidak bodoh. Dia punya reputasi yang baik dalam meredam kebimbangan, keraguan kehidupan bersama Tuhan. Dan laki-laki ini berbuat baik dengan bapak,ibunya serta saudaranya.
Ya mungkin saat ini, sulit dipercaya. Dia hanyalah seorang bujang dan wanita itu bukan seorang yang bijak, berantakan, dan memiliki antusiasme yang bahkan random. Kalau dilihat-lihat masih banyak yang perlu diperbaiki di sebelah sana dan sebelah sini. Mungkin saat ini baru ada cerita-cerita yang kadang membosankan dan itu-itu saja, gaya bercerita dan menanggapi yang sejak dulu dipertahankan walau jadul. Akan tetapi, keintiman emosi terkadang muncul dari hal-hal sepele itu dengan gampangnya dan di luar kendali pelakunya. Ini bukan rencana dan reka-reka sejak awal. Dan dia seolah mengerti bahwa semua proses ini butuh waktu, tahu persis bahwa perasaan ini tumbuh membutuhkan kesabaran, dan tidak ada yang boleh tergesa-gesa dengan ini. Semuanya serba begitu saja, mudah, dan berjalan dengan baik dan tentu saja benar. Keduanya adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak memiliki banyak hal yang spesial, tidak membanggakan apapun, tapi cita-cita baik itu ada dan harapan menjadi orang yang beruntung itu pun selalu ada.
Hahaha, beginilah ceritanya, memang suatu saat itu akan datang juga cepat atau lambat. Benar cepat atau lambat, akan datang juga. Saat ini atau nanti sama saja. Jika tiba saatnya, segera dan buatlah keputusan tanpa ragu-ragu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar