Senin, 10 Agustus 2015

Mengobservasi Hujan

Dulu aku menulis ini pada awal Juni 3 tahun yang lalu,
Untuk seseorang yang sempat dekat dan aku menaruh hati padanya
Aku bahagia karena sebentar lagi, kau akan menghujani dan membasahi lahan yang tepat, Lahan impianmu, sementara aku di sini sudah berteduh dan berbahagia dengan hujan yang lainnya :')


Di seberang jalan sana, aku melihat hujan berjalan mondar-mandir saja
Di seberang jalan sana, aku melihat hujan taktentu arah jatuhnya, taktentu intensitasnya
Beberapa kali tampak ia menyebrang ke arahku, tetapi belum mengenai sisi di mana aku berdiri, ia malah kembali menepi di seberang jalan sana.
Maka aku tutup payung yang tadi aku bentangkan dan kuselipkan lagi di balik tas
Aku melanjutkan berjalan di sisi sebelah aku tadi berdiri dan hujan masih gemericik di seberang jalan, bahkan membuat beberapa genangan di jalan aspal berlubang seberang jalan itu.
Tiba-tiba, aku mendengar suara hujan menjadi begitu dekat, tetapi saat aku alihkan pandangan ke seberang jalan, hujan sudah tidak berjalan-jalan di situ. Aku menengok ke belakang karena aku merasa dia semakin begitu dekat saja dan suara langit bergemuruh di atas kepalaku. Ia mengikutiku, persis di belakangku. Jalanan dan rerumputan di sepanjang jalan yang aku tinggalkan, basah sudah.
Maka aku pun berhenti, jika memang hujan menginginkan aku, dia akan menangkapku dalam kebasahan
Namun hujan pun berhenti persis di belakang kepalaku, ia jatuh di situ saja.
Aku menunggu dan menunggu terus, tapi sejak tadi ia hanya terus-terusan di situ,tepat di belakangku. Menyentuh kepalaku pun saja tidak. Rasanya ia tidak sungguh-sungguh. Maka aku pun kesal dan berlari menuju sebuah mini market, ia mengikutiku tapi aku enggan peduli. Aku masuk dan hujan pun mengantarku sampai depan pintu.
Kulihat kaca pintu mini market yang berembun, maka aku gesekkan jari telunjukku ke situ, aku memulai membuka percakapan antara kita. Dengan lapang dada, aku tuliskan, " Hujan, mampirlah nanti sepulang aku dari sini. Aku akan memakluminya. Mungkin kita ingin saling bicara?" (aku berharap hujan tidak buta huruf!)

~Awal April~

dari bejuta-juta hujan yang pernah turun dalam hidupku, kau berbeda
berjuta hujan kudiamkan,
berjuta hujan kubiarkan berlalu, aku takpeduli.
beberapa yang lain sering aku kutuk karena menyebalkan sungguh: membuat aku basah, membuat sepatuku basah, membuatku membatalkan janji, becek, berisik, dan dingin

tapi sekarang berbeda, aku berpaling padamu
ada sebuah simpati padamu (kurang lebih begitu)
tidak pernah aku lihat hujan turun dengan ragu-ragu
tidak pernah aku dengar hujan bergemericik cemas dan tergesa
hujan bulan April : turun seperti hujan yang tersesat di musim kemarau

Satu dua kata terucap. Aku pikir itu kata asal yang mungkin telah kau coba persiapkan, tapi kamu pun sungguh tidak begitu peduli dengannya dan apa tanggapanku nantinya. Yang kutangkap kau mencoba menjadi seperti dirimu, hujan, basah. Pun demikian, kamu ingin aku bis terlibat dan bercakap denganmu.
Lama aku amati, terus aku dengarkan dan aku memang tidak mengenalmu. Seakan kita memang tidak merencanakan ini, tidak peduli apapun yang kau bicarakan, tidak peduli bagaimana tanggapanmu. Kita terus saja saling cerita dan menanggapi. Aku hanya tidak ingin pergi, kurasa kau pun begitu. Aku tidak tahu apa yang menahanku. Mungkin ceritamu, tapi tidak juga. Demikian pula dirimu enggan untuk berhenti. Kita sudah lama di sini dan kita sungguh belum pergi dari sini. Tapi meski banyak sudah bercerita kamu hanya menceritakan dirimu, aku pun hanya membicarakan diriku untuk basa-basi di awal agar terlihat sopan. Lalu kapan kita membicarakan kita? iya, kita. kita adalah aku dan kamu.
uups, tiba-tiba itu terlintas saja di pikiranku. Ada yang salah ya rasanya. Iya aku tahu. Tapi sungguh aku tidak bisa melihat kau pun begitu. Sulit sekali ya? Hha, aku tetap saja tidak mengenalmu.

Setengah mati aku ingin bilang:
sebelum saatnya kita saling membuka diri,
sebelum kita saling mengucap kata
sebelum kita mulai lebih akrab
jika kau mau, tunggulah sebentar, aku punya sesuatu yang pahit, sedikit kopi untukmu dan untukku
lalu akan aku buatkan kopi untukmu dari cangkirku
dan akan aku seduh kopiku dengan cangkirmu
agar engkau tau rasanya menjadi aku
dan agar aku tahu rasanya menjadi hujan
(ah, tapi cuma tertahan di tenggorokan, aku tidak bernyali)

Kisahnya tergantung ya...
Sungguh-sungguh depends on...

Ah, hari sudah agak petang dan aku yakin kaupun sudah bosan menjadi hujan seharian dan aku bisa-bisa masuk angin kalau kelamaan denganmu. Ayo pulang!
Kita tunggu saja pelanginya. Tapi asal kau tahu saja, dari ratusan hujan yang pernah turun dalam hidupku, aku sudah banyak belajar bahwa pelangi takselalu muncul seusai hujan. Aku tidak mudah untuk kecewa.

diakhiri lagu I will Always Love You

And I...Will always love you
I Will always love you.....
I hope life treats you kind 
And I hope you have all you've dreamed of 
And I wish you joy and happiness 
But above all this I wish you love....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar